Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masa Pandemi Covid-19

Pandemi covid 19 saat ini sudah berusia satu tahun. Virus covid 19 atau Pneumonia Coronavirus Disease 2019 adalah penyakit peradangan paru yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang muncul beragam, mulai dari seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis). Dengan berbagai macam cara pemerintah bekerja untuk menanggulangi pandemi ini. Mulai dengan memberlakukan lockdown, PSBB, dan PSBB Mikro. Semua dilakukan untuk mengendalikan pandemic covid 19 ini. Seluruh aktivitas mulai dari bekerja sampai sekolah dilaksanakan secara daring.

Cara penularan COVID-19 ialah melalui kontak dengan droplet saluran napas penderita. Droplet merupakan partikel kecil dari mulut penderita yang mengandung kuman penyakit, yang dihasilkan pada saat batuk, bersin, atau berbicara. Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter). Droplet bisa menempel di pakaian atau benda di sekitar penderita pada saat batuk atau bersin. Namun, partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, orang yang sedang sakit, diwajibkan untuk menggunakan masker untuk mencegah penyebaran droplet.

Pemerintah menganjurkan untuk selalu menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Tentunya ini berhubungan dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat. Sebagai seorang guru dan orang tua kita harus menanamkan dan memahamkan hal tersebut, tentunya dengan melihat perkembangan anak, ini kaitannya dengan media yang digunakan untuk menyampaikan.

Masa usia sekolah merupakan masa anak akan belajar keterampilan fisik, dan membangun fisik yang sehat dan kuat. Mulai dari sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Perkembangan anak dalam masa SD merupakan bagian dari perkembangan berikutnya, sehingga setiap kelainan akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari. Berdasarkan kenyataannya secara umum anak pada usia SD sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat mengidentifikasi tentang kebutuhan kebersihan diri dan juga kebersihan dalam berperilaku, hidup bersih dan sehat itu sangat penting.

Peserta didik di lembaga pendidikan sekolah dasar memiliki tanggung jawab, peserta didik harus berperan aktif dalam upaya untuk menciptakan hidup yang sehat, dan lingkungan yang sehat bisa dimulai dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat pada diri masing-masing. Peserta didik merupakan para calon penerus bangsa atau generasi-generasi yang nantinya menjadi penerus para pendahulu, oleh karena itu seharusnya anak-anak memiliki kecenderungan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai salah satu syarat pencapaian prestasi dalam pendidikan yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. Pola hidup manusia dalam membentuk perilaku hidup bersih dan sehat apabila dilakukan secara terus menerus dalam bentuk kehidupan sehari-hari akan menimbulkan suatu kebiasaan dalam pelaksanaanya.

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan realitas kehidupan manusia dengan menerapkan prinsip-prinsip proses belajar, sehingga perilaku hidup bersih dan sehat ini akan terjadi karena proses belajar yang peserta didik dapatkan, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan dan saling bergantung yakni pendidikan dan kesehatan.

Menurut Maryunani (2013) Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan kesehatan seseorang. Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan. Menurut Aswadi (2017:75) PHBS is a health behavior that is closely related with individual behavior. The behavior formation is really influenced by the level of individual knowledge. This PHBS movement is the sphearhead of health development in order to improve the public health status dijelaskan pembentukan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan individu. Karena perilaku kesehatan erat kaitannya dengan kebiasaan individu.

Gerakan PHBS ini adalah awal mula dari pembangunan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan peserta didik. Hal ini juga dijelaskan oleh Maryunani, (2013:149), berdasarkan banyaknya data yang menyebutkan bahwa munculnya sebagian penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10) misalnya diare, cacingan dan anemia ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Dampak lainya dari kurangnya dilaksanakan PHBS diantaranya suasana belajar yang tidak mendukung karena lingkungan sekolah yang kotor, menurunnya semangat dan prestasi belajar mengajar di sekolah, menurunkan citra sekolah di masyarakat umum. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan usaha kesehatan sekolah (UKS).


Penulis: Dr. Yudha Febrianta, M.Or., AIFO. Menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY pada tahu 2010, kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Ilmu Keolahragaan Pascasarjana UNY lulus tahun 2013. Menyelesaikan studi S3 di Ilmu Pendidikan Konsentrasi Ilmu Keolahragaan di Program Pascasarjana UNY pada tahun 2020.

Related Posts