Susul PT Garuda Indonesia, PT KAI Klaim Rugi Rp 315 Miliar

ASAPENA – Memasuki kuartal II (April-Juni) 2021 ini, banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikabarkan mengalami kerugian. Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (persero) tbk, yang mengklaim merugi hingga Rp 70 triliun, yang berimbas pada penawaran pensiun dini kepada sejumlah karyawannya.

Kali ini PT Kereta Api Indonesia (KAI) dikabarkan menderita kerugian sebesar Rp 315 miliar pada kuartal I 2021 (Januari-Maret). Jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu, kerugian PT KAI ini jauh dari ekspektasi, mengingat pada periode tersebut (Januari-Maret 2020), PT KAI justru membukukan keuntungan Rp 281,9 miliar.

Penurunan dialami PT KAI dari sektor angkutan angkutan sebagai sumber utama pendapatan perseroan. Baik angkutan penumpang maupun barang, keduanya mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan.

Pendapatan angkutan penumpang turun dari Rp 1,9 triliun menjadi hanya Rp 440 miliar. Sedangkan angkutan barang mengalami penurunan pendapatan dari Rp 1,74 triliun menjadi Rp 1,54 triliun.

Terpisah, Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir membenarkan hal itu. Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat kinerja sejumlah perusahaan pelat merah tertekan. Laba bersih untuk seluruh BUMN pun turun hingga Rp 96 triliun, yakni dari Rp 124 triliun pada 2019 menjadi tinggal Rp 28 triliun pada 2020.

“Kalau kita lihat dari konsolidasi awal, karena belum diaudit, jelas memang pandemi ini sangat berdampak pada BUMN,” ujar Erick dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Kamis, 3 Juni 2021.

“Pada tahun ini mungkin konsolidasi hanya Rp 28 triliun,” imbuhnya.

Penurunan laba terjadi karena pendapatan perseroan anjlok. Menurut Erick, total pendapatan perseroan turun dari Rp 1.600 triliun pada 2019 menjadi Rp 1.200 triliun untuk tahun ini.

“Insya Allah di tahun ini kita akan pertama kali mempunyai buku kementerian BUMN secara konsolidasi,” ujarnya.

Melalui buku tersebut, Kementerian bisa mengintegrasikan basis data antar-perusahaan pelat merah dan melihat masalah-masalah yang dialami manajemen. Dengan demikian, solusi yang diperlukan, seperti efisiensi dan pemotongan biaya operasional atau Capex (capital expenditure) bisa dilakukan dengan tepat.

Mekanisme pembukuan ini sebelumnya telah dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

“Kalau kita lihat kan Telkom profitabilitasnya naik. Itu bagaimana capex kita tekan yang mungkin bisa kita sampaikan pimpinan,” ujar Erick.(rin)

Related Posts