ASAPENA – Saat banyak bank USA bangkrut, kondisi sebaliknya justru diperlihatkan oleh bank-bank di Indonesia. Sistem keuangan di tanah air, saat ini masih dalam kondisi yang prima.
Perry Warjiyo Gubernur BI mengatakan, kala banyak bank-bank USA satu persatu tumbang sistem keuangan Indonesia masih punya daya tahan. Ia menjelaskan, hingga Maret tahun ini sistem keuangan di Indonesia menunjukkan stabilitas dan pertahanan yang kokoh.
Bahkan tahun lalu, kinerja perbankan di Indonesia memperlihatkan hasil yang positif. Tumbuhnya pembiayaan perbaikan sebanyak 11,35 persen tahun lalu jadi buktinya.
Jumlah itu menurutnya, adalah yang tertinggi jika disandingkan tahun sebelumnya sejak pandemi. Permodalan yang kuat, risiko kredit terkendali, dan likuiditas memadai menjadi salah satu faktor sistem keuangan di Indonesia tetap stabil.
Untuk menyakinkan hal tersebut pihaknya telah melakukan uji ketahanan BI atau stress test. Hasilnya, perbankan di Indonesia menunjukkan kekuatan dan ketahanan yang baik dalam menghadapi berbagai tekanan seperti risiko likuiditas, volatilitas nilai tukar rupiah, hingga risiko pasar kenarena naiknya yield SBN. Ia memprediksi kondisi keuangan Indonesia tetap dalam kondisi yang kuat.
Tingginya permodalan dan juga likuiditas menjadi penopang utama stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Selain itu ia mempunyai proyeksi bahwa inklusi keuangan akan terus tumbuh.
Kondisi sistem keuangan di Indonesia yang stabil, ia meminta agar tidak membuat terlena. Apa yang terjadi di Amerika bisa berdampak pada keuangan global. Waspada dan terus melihat perkembangan yang ada mutlak harus dilakukan.
“Kemungkinan adanya keterlambatan ekonomi dunia kita harus terus waspada,” paparnya.
Upaya lainnya adalah dengan memperkuat sinergitas antara seluruh lembaga keuangan. Sinergitas itu ia jelaskan, diwujudkan dalam satu wadah bernama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSK). Komite tersebut berisikan BI, OJK, Lembaga Penjamin Simpanan, dan juga Kemenkeu. Pihaknya juga akan terus melakukan koordinasi dengan seluruh pelaku di sektor keuangan.
Mendorong dan mewujudkan transformasi ekonomi nasional, menjadi tujuan yang harus dicapai dengan saling menguatkan sinergitas yang ada. Pihaknya juga berkomitmen untuk mendukung penuh kebijakan pemerintah, yang dalam hal ini adalah hilirisasi di sektor pertambangan, pertanian, perikanan, sampai perkebunan.
Sementara itu, Bambang Haryo Pengamay Kebijakan Publik mengatakan, soal bangkrutnya beberapa bank di Amerika merupakan kondisi yang tidak perlu dikhawatirkan. Hal itu menurutnya bukan tanpa alasan.
Mengacu data, Sillicon Valley Bank (SVB) merupakan bank dengan urutan 16 yang terbesar di negeri Paman Sam. Lalu ada bank peringkat 29 yaitu Siganture Bank, dan Silvergate Bank dengan posisi ke – 113. Dari data itu ia tarik kesimpulan, bangkrutnya tiga bank di atas tidak akan menimbulkan pengaruh yang signifikan bagi perekonomian di Amerika Serikat.
“Ada 4.844 bank di AS tahun lalu, mayoritas pendapatannya mengalami kenaikkan” ucapnya.
Kondisi itu ia punya contoh nyata. Bank peringkat satu di AS, JP Morgan Chase & Co tahun lalu mempunyai pendapatan tahunan 154, 792 miliar dollar AS. Jumlah itu lebih besar jika dibandingkan tahun 2019 yang hanya 142,515 miliar dollar AS.
Sedangkan untuk Bank terbesar kedua ada Bank of America pada 2022 berhasil mengumpulkan pendapatan tahunan hingga 115,053 miliar dolar AS. Tahun 2019 pendapatan tahunan yang didapat berada di angka 113,589 miliar dolar.
Di tengah gejolak ekonomi yang ada di AS, faktanya kondisi keuangan di Indonesia belum menunjukan dampak yang serius. Justru sebaliknya, kondisi keuangan Indonesia masih solid baik dari segi aliran modal ataupun pergerakan nilai tukar rupiah.