Rupiah Menguat Ungguli Mata Uang India, Thailand dan Filipina
ASAPENA.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diprediksi akan terus menguat. Optimisme tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo. Hal itu, mengingat ekonomi Indonesia yang mulai cenderung positif yaitu dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
Selain itu, indikasi lain adalah inflasi yang cenderung lebih rendah. Dari prediksi BI, hingga akhir tahun ini, inflasi harga konsumen (IHK) mencapai 3,3 persen. Sementara itu, pada hari ini, Senin (5/6) rupiah uga mengalami pergerakan menguat 115 poin atau 0,77 persen. Pergerakan ini mengantar rupiah pada level Rp 14.879/dolar AS. Perry menyebutkan, jika penguatan tersebut sudah dimulai sejak awal tahun ini.
“Penguatan terjadi sejak akhir tahun lalu. Yaitu 3,85 persen. Bahkan lebih baik dari Filipina, India, dan juga Thailand,” ujar dia.
Dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR, Senin (5/6), Perry juga optimis bahwa prospek ekonomi Indonesia ditahun 2024 lebih baik. Tentu dengan pengendalian inflasi, pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar Rupiah. Pertumbuhan ekonomi mencapai 4,7-5,5 persen. Sedangkan inflasi pada angka 1,5-3,5 persen.
“Hal tersebut merupakan masukan dari BI. Sebagai bahan penyusunan RAPBN 2024,” tuturnya.
Sementara itu, BI memproyeksi bahwa rata-rata nilai tukar rupiah di kisaran Rp 14.800 hingga Rp 15.200 pada tahun 2023 ini. Lalu, akan semakin menguat pada tahun 2024.
“Tahun 2023 rata-rata nilai tukar sekitar Rp 14.800 hingga Rp 15.200. Sedangkan pada tahun 2024 diprediksi menguat menjadi rata-rata Rp 14.600 hingga Rp 15.100/dolar AS,” tuturnya.
Sebagai informasi, pergerakan nilai tukar mata uang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Salah satu pasangan mata uang yang sering menjadi perhatian adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Dalam konteks ini, jika nilai Rupiah semakin menguat terhadap Dolar AS, akan ada konsekuensi ekonomi yang signifikan.
Seperti, Penurunan biaya impor. Salah satu dampak positif dari penguatan Rupiah terhadap Dolar AS adalah penurunan biaya impor. Indonesia, sebagai negara yang masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, akan mengalami pengurangan biaya impor.
Ketika Rupiah menguat, barang impor menjadi lebih murah dalam mata uang lokal, sehingga perusahaan dan konsumen di Indonesia dapat memperoleh barang dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan mengurangi inflasi.
Kedua, peningkatan daya saing ekspor. Selain mempengaruhi impor, penguatan nilai Rupiah juga akan memberikan dampak positif bagi sektor ekspor. Ketika Rupiah menguat terhadap Dolar AS, barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih murah bagi pasar internasional. Hal ini akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global, sehingga dapat meningkatkan volume ekspor dan devisa negara. Keuntungan tambahan dari peningkatan ekspor adalah peningkatan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Juga, pengaruh terhadap industri pariwisata. Penguatan nilai Rupiah terhadap Dolar AS juga akan berdampak pada industri pariwisata di Indonesia. Saat Rupiah menguat, kunjungan wisatawan asing menjadi lebih terjangkau karena nilai tukar yang lebih menguntungkan.
Wisatawan asing akan mendapatkan lebih banyak nilai untuk uang mereka saat mengunjungi Indonesia. Hal ini berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing dan pendapatan dari sektor pariwisata, yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif pada perekonomian nasional.
Penguatan nilai Rupiah terhadap Dolar AS memiliki dampak yang kompleks pada perekonomian Indonesia. Meskipun banyak potensi dampak positif seperti penurunan biaya impor, peningkatan daya saing ekspor, dan pertumbuhan industri pariwisata, ada juga potensi dampak negatif seperti penurunan daya saing sektor industri dan peningkatan biaya produksi. (lis)