Kapan Penetapan Idul Fitri Versi Pemerintah, Berikut Penjelasannya!

Petugas falakiyah melakukan ru’yatul hilal untuk menentukan awal bulan ramadan 1443 Hijriah menggunakan teropong di Masjid Al-Musyari’in, Basmol, Kembangan, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Hasil sidang Isbat 1 Ramadhan 2022, Menteri Agama Yaqut Choli Qoumas memutuskan awal puasa Ramadhan pada Minggu 3 April 2022. Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com

ASAPENA – Pemerintah dengan Muhammadiyah kerap terjadi perbedaan pada penetapan Hari Raya Idul Fitri. Seperti yang kemungkinan bakal terjadi pada Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah (H) kali ini.

Muhammadiyah telah menetapkan jauh-jauh hari Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 jatuh pada Jumat 21 April 2023. Namun di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbat pada 20 April 2023 mendatang. Sidang tersebut untuk menentukan Hari Raya Idul Fitri 1444 H.

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan, hasil sidang tersebut, bisa saja berbeda dengan penetapan yang dilalukan Ormas Islam terbesar kedua di Indonesia tersebut.

“Ada kemungkinan berbeda,” kata dia.

Melihat situasi dan kondisi, diperkirakan pemerintah akan memutuskan Idul Fitri jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Sedangkan Muhammadiyah seperti diketahui telah menetapkan satu hari sebelum yang ditetapkan pemerintah.

“Ada dua versi, yakni versi pemerintah dan bebera ormas Islam lainnya, serta versi Muhammadiyah,” jelasnya.

Perbedaan tersebut kerap terjadi di Indonesia. Namun tahukah kalian, apa penyebab perbedaan penentuan Idul Fitri antara pemerintah dengan Muhammadiyah selama ini?

Menurut Thomas, perbedaan tersebut bukan karena metode hisab dan rukyat, melainkan dari kriterianya dimana posisi Bulan pada 20 April 2023 menjelang maghrib masih rendah di ufuk barat.

Merujuk kriteria wujudul hilal di mana Bulan lebih lambat terbenam daripada Matahari. Saat maghrib posisi Bulan telah berada di atas ufuk, dari kriteria itu Muhammadiyah mengumumkan Idul Fitri pada keesokan harinya, yaitu 21 April 2023.

Sedangkan menurut pemerintah yang menganut kriteria MABIMS, mengharuskan tinggi Bulan minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Sehingga tidak mungkin akan terlihat hilal, jika menggunakan kriteria tersebut karena penampakannya sangat tipis.

Jika itu terjadi, maka akan ditetapkan bulan Ramadan istikmal atau digenapkan menjadi 30 hari. Dengan begitu, 1 Syawal menurut pemerintah dan sejumlah ormas Islam akan jatuh pada 22 April 2023.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menjelaskan, jika dasar penetapan yang dilakukan Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal. Keputusan itu, kata dia, tertulis dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang penetaan hasil hisab ramadan, syawal, dan zulhijah 1444 H.

“Dengan metode itu, kita bisa menentukan kapan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha akan terjadi dari jauh-jauh hari, bahkan puluhan tahun sebelumnya,” katanya. (adm)

Related Posts