ASAPENA – Tahun ini Dieng Culture Festival (DCF) tak digelar. Hal tersebut dipastikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara. Agenda tahunan yang menyedot banyak wisatawan itu, mulanya direncanakan bakal digelar 25-27 Agustus.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinparbud Kabupaten Banjarnegara Yelly Harmoko mengatakan, penataan Dieng menjadi salah satu pertimbangan mengapa agenda DCF tak jadi digelar.
“Penataan Dieng ini dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),” ujar dia.
Penataan Dieng ini telah masuk dalam proyek strategis nasional. Yang kebetulan, pengerjaannya berbarengan dengan even DCF. Sehingga DCF terpaksa tak bisa dilaksanakan.
Terkait dengan pengerjaan proyek tersebut, dijadwalkan akan dimulai pada bulan Agustus. Proyek ini akan menyasar pada tiga lokasi, yaitu Aswatama, Kompleks Candi Arjuna, dan Kawah Sikidang.
Selain itu juga dilakukan perbaikan jalan, dari Aswatama menuju Kawah Sikidang. Untuk perbaikan jalan ini, dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Banjarnegara.
Ketiga lokasi yang dikerjakan itu, adalah titik dimana pelaksanaan DCF digelar. Terutama untuk acara ruwatan anak berambut gimbal, di Kompleks Candi Arjuna.
Sedangkan kegiatan Jazz di Atas Awan, yang digelar di Lapangan Pandawa hanya bisa diakses menuju jalan Aswatama menuju Kawah Sikidang, yang nanti akan digarap oleh DPUPR Banjarnegara.
“Sehingga penyelenggaraan DCF menjadi hal yang sulit dilakukan,” tuturnya.
Dia menambahkan, selama penataan Dieng, pihaknya bersama pihak terkait akan mempersiapkan DCF berikutnya yaitu tahun 2024 dengan lebih optimal.
“Kami sedang menyusun nota dinas kepada Sekda lalu kemudian Bupati. Baru kemudian jika sudah ada disposisi, kami rencanakan akan bersurat ke Provinsi maupun ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” tandasnya.
DCF adalah perayaan tahunan yang menggabungkan kekayaan budaya, seni, dan keindahan alam di kawasan Dieng, Jawa Tengah, Indonesia. Festival ini telah menjadi salah satu acara yang paling dinanti-nantikan oleh wisatawan lokal maupun internasional yang tertarik untuk merasakan pesona budaya Jawa yang autentik dan keindahan alam yang menakjubkan.
Diadakan di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut, Dieng Culture Festival menawarkan pengalaman unik dalam mengeksplorasi keindahan alam pegunungan Dieng yang memukau. Kawasan ini dikenal dengan lanskapnya yang menakjubkan, seperti danau berwarna-warni, danau kawah, perbukitan hijau, dan gunung-gunung yang menjulang tinggi. Pemandangan spektakuler ini menjadi latar belakang yang sempurna untuk mempersembahkan kekayaan budaya Jawa.
DCF menampilkan berbagai macam acara dan pertunjukan yang memukau, termasuk tari tradisional, pertunjukan musik gamelan, wayang kulit, teater tradisional, dan pameran seni rupa. Acara ini juga menjadi ajang bagi para seniman lokal untuk memamerkan karya-karya mereka, mulai dari seni lukis hingga kerajinan tangan yang khas.
Selain pertunjukan seni, Dieng Culture Festival juga menawarkan berbagai kegiatan budaya yang melibatkan partisipasi aktif para pengunjung. Ada lomba fotografi, lomba mewarnai wayang, dan kegiatan lainnya yang memungkinkan wisatawan untuk ikut serta dalam melestarikan warisan budaya Indonesia. Pengunjung juga dapat menjelajahi situs-situs bersejarah seperti Candi Arjuna dan Candi Gatotkaca yang merupakan warisan bersejarah dari masa lampau.
Salah satu sorotan utama Dieng Culture Festival adalah ritual tradisional yang disebut “Ruwatan Rambut Gimbal”. Ritual ini dilakukan oleh masyarakat setempat sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang melimpah. Masyarakat Dieng percaya bahwa rambut gimbal memiliki kekuatan spiritual, dan dalam ritual ini, rambut tersebut akan dibakar sebagai pengorbanan kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan).
DCF juga memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk mencoba makanan tradisional Jawa, seperti bubur kacang hijau, gethuk (makanan dari singkong), dan makanan khas Dieng lainnya. Wisatawan dapat menikmati beragam hidangan lezat sambil menikmati pertunjukan seni yang menarik.
Dieng Culture Festival bukan hanya sebuah perayaan budaya biasa, tetapi juga merupakan upaya untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. Festival ini telah berhasil menarik minat para wisatawan dari berbagai negara, yang datang untuk mengagumi keindahan alam, mempelajari budaya dan merasakan keramahan masyarakat Dieng. (lis)