ASAPENA – Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dimana terdiri dari beribu-ribu pulau yang di dalamnya terdapat macam-macam suku bangsa, budaya, dan sejarah yang berbeda-beda. Asal usul sebuah kisah sejarah dapat diceritakan secara turun temurun di kalangan masyarakat yang mendiami tempat atau wilayah tersebut.
Pada zaman dahulu orang tua menceritakan asal usul, keadaan sosial budaya kepada anak cucu mereka, namun pada dewasa ini kebiasaan itu sudah mulai di abaikan atau sudah mulai menghilang, sehingga tidak heran bahwa anak muda sekarang tidak mengetahui asal usul ataupun sejarah yang terjadi di tempat mereka tinggal.
Manusia dikatakan makhluk yang berbudaya ketika dalam kehidupannya ia selalu berpegang teguh kepada budaya, karena kebudayaan merupakan hasil cipta rasa dan karsa manusia yang diwujudkan dalam setiap tindakan dalam kehidupan manusia setiap hari.
Kehidupan kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, berbicara tentang kebudayaan di Indonesia tentunya tidak akan ada habisnya, hal itu di karenakan letak geografis indonesia yang merupakan daerah kepulauanyang memiliki keunikan tersendiri.
Salah satu hal yang menarik dari keberanekaragaman budaya Indonesia adalah dimana masih ada banyak daerah di Nusantara ini yang masih kuat dalam mempertahankan keaslian budaya ditengah kuatnya arus globalisasi yang ada saat ini, kebanyakan dari suku yang ada di Indonesia terpaksa harus berhadapan dengan perkembangan global sehingga tantangan untuk mempertahankan kebudayaan semakin kuat.
Nusa Tengggara Timur terdapat begitu banyak suku Bangsa yang mendiami wilayah ini, sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia yang memiliki daerah wisata yang indah juga tersimpan keunikan dalam khasanah budayanya, salah satu suku yang menarik perhatian adalah suku Boti, Boti merupakan suatu daerah yang terletak di kecamatan Ki’e, Timor Tengah Selatan. Wilayah ini berjarak sekitar 40 km dari Kota So’e yang merupakan ibukota kabupaten Timor Tengah Selatan.
Wilayah Boti sebagian besar terdiri dari daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan tanah antara 45°- 90° dan sulit dijangkau. Masyarakat Boti percaya bahwa mereka adalah keturunan dari dua penguasa alam yaitu Uis Pah (dewa bumi) dan Uis Neno (dewa langit). Uis Pah (dewa bumi) diartikan sebagai ibu yang mengatur, mengawasi dan menjaga kehidupan alam semesta sedangkan Uis Neno (dewa langit) diartikan sebagai ayah yang merupakan penguasa alam baka yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan perbuatannya didunia. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat suku Boti dapat hidup aman, tenteram dan sejahtera karena mereka menjaga, merawat dan melestarikan alam.
Masyarakat Boti juga telah mengenal stratifikasi dalam kehidupan bermasyarakatnya, kehidupan masyarakat suku Boti berjalan dengan aman dan tentram meskipun mereka diperhadapakan dengan tantangan globalisasi yang sangat kuat. Upaya untuk mempertahankan kebudayaan sampai saat ini masih di lakukan oleh raja(usif) selaku pemimpin di suku Boti.
Raja (usif) memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mempertahankan kebudayaan asli suku Boti, karena sebagai pemimpin raja (usif) bertanggung jawab kepada leluhurnya untuk menjaga keutuhan kerajaan Boti. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut raja (usif) dibantu oleh beberapa tokoh (amaf-amaf) yang akan membantu raja (usif) dalam menjalankan pemerintahan adatnya, namun dalam menyelesaikan sebuah masalah, ternyata raja (usif) yang berperan sentral dalam menyelesaikan masalah.
Peran raja (usif) sangat berpengaruh, tidak hanya pada masyarakat di dalam pemerintahan adat Boti saja tetapi dalam pemerintahan desa yang berada di luar wilayah adat Boti pun raja (usif) masih memiliki pengaruh yang kuat.