ASAPENA – Serangan rudal dari militer Israel, Senin (17/5) pagi waktu setempat, menambah panas kondisi di Jalur Gaza. Sekitar 192 rakyat Palestina meninggal akibat serangan tersebut. Termasuk diantaranya, 58 anak-anak dan 34 perempuan. Israel mengklaim hal itu buntut dari bombardir roket Palestina pada Sabtu lalu, dimana Israel melaporkan 10 orang meninggal termasuk diantaranya dua anak.
Berdasarkan laporan Reuters, Minggu (16/7), serangan roket Palestina sudah merusak bangunan dan infrastruktur di kota Tel Aviv di Israel Tengah. Sementara Haaretz melaporkan Israel melakukan ratusan serangan udara dan darat di Gaza. Sedangkan pejuang Palestina di Jalur Gaza telah menembakkan sekitar 3.000 roket ke Israel bagian tengah dan selatan sejak Senin pekan lalu.
Pengeboman Israel di Gaza memasuki hari kedelapan berturut-turut setelah penggerebekan pada hari Minggu (16/5) menewaskan sedikitnya 42 warga Palestina. Ledakan melukai puluhan lainnya dan meratakan setidaknya dua bangunan tempat tinggal. Rumah kepala Hamas Gaza, Yehya al-Sinwar, juga menjadi sasaran, menurut media kelompok itu.
Serangan terbaru itu hanya selang beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pertempuran masih belum berakhir. “Berlanjut dengan kekuatan penuh. Itu akan memakan waktu lama,” ujarnya dalam keterangan pers.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) juga sudah bertemu pada hari Minggu (16/6) untuk membahas kekerasan tetapi gagal untuk menyetujui bahkan pernyataan keprihatinan bersama. Mirisnya, pengeboman udara Israel pada hari Senin (17/5) lebih berat, di wilayah yang lebih luas dan berlangsung lebih lama daripada serangan pada hari sebelumnya.
Dilansir dari AlJazeera, Senin (17/5), Koresponden AP di Gaza Tarif Akram mengatakan ledakan mengguncang kota dari utara ke selatan. Koresponden Al Jazeera Safwat al-Kahlout mengatakan hampir tidak ada satu jam kedamaian di langit Gaza. Drone Israel terus melayang di atas kepala dan mengendalikan langit dengan ledakan mereka.
Seperti diketahui, Jalur Gaza kembali memanas sejak Sabtu (8/5) malam lalu. Dimana malam itu, sejumlah warga Palestina tengah berkumpul di Gerbang Damaskus setelah menggelar salat tarawih pada malam suci Lailatul Qadar.
Polisi Israel datang untuk membubarkan warga Palestina tersebut dengan menggunakan granat setrum. Ketegangan berlanjut di luar Kota Tua Yerusalem. Sedikitnya 90 orang Palestina terluka dalam upaya pembubaran oleh polisi Israel tersebut.
Hal itu merupakan buntut dari bentrokan yang terjadi pada Jumat (7/5) di dekat Masjid Al-Aqsa yang berimbas pada 200 warga Palestina dan 17 polisi Israel mengalami luka-luka. Bermula dari aksi protes mereka terharap pengusiran warga Palestina di wilayah yang diklaim pemukim Yahudi. Hal itu akibat putusan Pengadilan Pusat Israel di Yerusalem Timur, yang menyetujui pengusiran paksa keluarga Palestina di Sheikh Jarrah.
Peringatan PBB juga tak dihiraukan pemerintah Israel. Pro kontra pun muncul oleh sejumlah pemimpin negara di dunia. Meski begitu, Israel tetap melakukan kekerasan terhadap warga Palestina. Hingga akhirnya pada Senin (10/5) pekan lalu, saat peringatan Hari Yerusalem, konflik malah memuncak dan semakin parah. (rin)