ASAPENA – Indonesia kembali peringati Hari Buku Nasional ke-19, tepat di 17 Mei ini. Tidak begitu terasa adanya perayaan, namun jika menarik asal mula Harbuknas ini, terselip sebuah cita-cita mulia.
Dimulai ketika era Menteri Pendidikan Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fajar. Beliau pula lah yang mencetuskan ini. Berawal dari sebuah cita-cita untuk mendorong minat baca di Indonesia. Selain itu, juga sebuah harapan bahwa akan meningkatkan penjualan buku.
Sebab pada saat itu, hanya tercetak 18 ribu buku tiap tahunnya. Jauh berbeda dengan Cina dengan 140 ribu buku. Juga Jepang 40 ribu buku.
Namun, perlu juga menjadi sebuah takaran. Bahwa setelah belasan tahun itu, nyatanya bahwa minat baca Indonesia masih sangat rendah.
Berdasarkan riset World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukakan oleh Central Connecticut State University, Maret 2016 lalu, Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti.
Selain itu, tepat dihari Buku Nasional ini, juga bertepatan dengan hari jadi Perpustakaan Nasional ke 41. Perpustakaan Nasional didirikan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 17 Mei 1980.
Perpustakaan Nasional ini adalah integrasi dari empat perpustakaan. Yaitu Perpustakaan Museum Nasional, Perpustakaan Sejarah dan Politik, Perpustakaan Wilayah DKI Jakarta dan Bidang Deposit. Yang pada saat itu, koleksi perpustakaan mencapai 400.000 eksemplar. (lis)