ASAPENA – Konflik peperangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tak selalu membawa sentimen negatif terhadap bursa pasar saham.
Hal ini dibuktikan dengan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan minggu ini.
Akhir pekan ini IHSG ditutup pada posisi 6.928,33. Posisi tersebut mengalami penguatan 0,87% ketimbang hari sebelumnya.
Artinya, sepanjang pekan ini IHSG menguat sebesar 0,58% secara point-to-point. Performa IHSG lebih baik ketimbang indeks Shanghai Composite (-0,43%), Straits Times (-2,05%), Hang Seng (-3,79%), hingga Nifty 50 (-2,48%).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), menguatnya index IHSG tak lepas dari aliran dana investor asing yang masuk ke pasar modal Indonesia sepanjang tahun berjalan 2022. Nilainya mencapai Rp 28,17 triliun. Sedangkan pada perdagangan Jumat, 4 Maret 2022, aksi beli investor asing mencapai Rp 2,39 triliun.
Mengutip data RTI, saham-saham yang menjadi primadona yang menarik investor asing adalahPT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 5,2 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 4,1 triliun, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 3,6 triliun, PT Telkom Indonesia Tbk senilai Rp 3,4 triliun, dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) senilai Rp 2,6 triliun.
Selain ke empat saham tersebut, investor asing juga banyak beli saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 1,3 triliun, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) senilai Rp 1,2 triliun, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) senilai Rp 1 triliun, PT United Tractors Tbk (UNTR) senilai Rp 637,7 miliar, dan PT Astra International Tbk (ASII) senilai Rp 546,4 miliar.
Aliran dana asing yang masih masuk ke pasar saham Indonesia dianalisa berdasarkan dukungan fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid. Selain itu, kinerja emiten pada 2021 juga menjadi sentimen positif ditambah dividen jumbo yang akan dibagikan emiten.
Sebagai negara penghasil komoditas yang cukup besar, batu bara, minyak sawit, tembaga, timah, dan sebagainya adalah produk-produk andalan ekspor Indonesia.
Adanya Konflik Rusia vs Ukraina membuat harga komoditas melambung. Ini tentu nantinya akan dirasakan oleh emiten-emiten produsen komoditas di Indonesia. Potensi lonjakan laba adalah sesuatu yang sangat nyata sehingga saham emiten komoditas sangat dicari. (ara)