ASAPENA.COM – Dari 17 parpol di Banyumas yang mendaftarkan bakal calon legislatif (bacaleg), ada satu parpol yang cukup unik. Yaitu Partai Ummat. Partai yang baru terlibat dalam kontestasi politik ini, rupanya mendaftarkan bacaleg yang hampir keseluruhannya diisi oleh perempuan.
Tak seperti parpol lain yang rata-rata keterwakilan perempuannya 30-40 persen, Partai Ummat menghadirkan 80,90 persen perempuan dalam pendaftaran Bacaleg di Banyumas. Sekretaris DPD Partai Ummat Kabupaten Banyumas Yuli Night Budi Permana, mengatakan komposisi perempuan sampai lebih dari 89 persen memang hanya dilakukan di Banyumas saja.
“Ini adalah langkah dan strategi serta trik dari Partai Ummat Kabupaten Banyumas. Kami menyasar pada kaum perempuan,” kata dia.
Pertimbangan yang diambil adalah karena jumlah pemilih antara laki-laki dan perempuan di Banyumas masih seimbang. Artinya, strategi untuk menyasar kaum perempuan adalagh sebuah strategi bagi partai ummat ini. Selain itu, Partai Ummat Banyumas menilai bahwa keterwakilan perempuan di Banyumas ini masih terpinggirkan. Sehingga partai tersebut melihat hal tersebut sebagai peluang yang masih bisa dimasuki.
“Tak dipungkiri bahwa kaum perempuan masih belum begitu concern pada politik. Maka ini bisa memberikan semangat lebih bagi perempuan yang mungkin selama ini belum begitu terwakili,” katanya.
Pihaknya memastikan jika bacaleg yang didaftarkannya adalah bacaleg potensial yang teah terseleksi melalui tes yang dilakukan oleh Partai Ummat Banyumas.
“Untuk pilihan legislatif ini, target kami, masing-masig dapil bisa ada satu perwakilan,” tandasnya.
Anggota KPU Banyumas, Hanan Wiyoko mengatakan, keterwakilan perempuan Partai Ummat untuk Bacaleg DPRD Banyumas adalah yang tertinggi di Banyumas.
“Tentu kami berharap yang didaftarkan itu adalah bacaleg yang berkualitas. Sehingga nantinya bisa menyuarakan kepentingan perempuan,” tuturnya.
Dari data KPU Banyumas Partai Ummat mendaftarkan 49 bacaleg dengan komposisi 44 bacaleg perempuan dan 5 laki-laki.
Tak dipungkiri memang, peran perempuan dalam dunia politik di Indonesia masih terbilang minim. Terdapat beberapa kendala yang membuat perempuan kesulitan untuk masuk ke dalam lingkungan politik seperti diskriminasi gender, stereotip, dan kurangnya kesempatan yang tersedia.
Para politisi perempuan di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk membawa isu-isu gender dan memperjuangkan hak-hak perempuan di parlemen. Mereka juga dapat memberikan contoh bagi perempuan yang ingin terjun dalam bidang politik. Selain itu, kehadiran perempuan di parlemen dapat membawa sudut pandang yang berbeda pada sebuah kebijakan.
Dalam konteks politik, perempuan seringkali dilihat sebagai pihak yang lemah dan kurang kompeten. Stereotip ini masih menjadi kendala besar bagi perempuan yang ingin terjun ke dalam dunia politik. Oleh karena itu, perlu adanya kampanye dan edukasi yang menyadarkan masyarakat bahwa perempuan juga mampu menjadi pemimpin yang baik dan berkualitas dalam dunia politik.
Perempuan memegang peran penting di dalam pembangunan masyarakat, termasuk dalam bidang politik. Keterwakilan 30 persen perempuan di parlemen bukan hanya sekadar kebijakan yang harus dipenuhi, tapi juga sebuah kesempatan bagi perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya dan membawa perubahan positif bagi bangsa Indonesia. Dan, untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, terutama politisi laki-laki, sangat dibutuhkan. (lis)