ASAPENA – Produk lokal Indonesia semakin beragam dengan berbagai inovasi. Dengan keunikan dan kekayaannya itu, Indonesia memiliki bahan baku melimpah yang bisa diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi. Indonesia adalah negeri yang unik dan kaya. Hal itu diungkapkan oleh Branding Activist, Arto Biantoro.
Lebih lanjut ia menekankan, yang perlu direnungkan adalah bagaimana membangun produk lokal yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan global, serta memiliki makna, dan berdampak bagi sesama.
Menurut Arto, kreativitas para entrepreneurs untuk menciptakan produk dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya sudah banyak dilakukan.
Akan tetapi, hal yang dapat ditingkatkan oleh brand-brand lokal Indonesia adalah soal kemasan komunikasi dan narasi yang dibangun. Untuk menciptakan produk lokal yang berdaya saing tinggi, menurut Arto, sulit jika dilakukan sendiri. Perlu dukungan dan kolaborasi, misalnya dengan korporasi besar, agar dapat turut mendukung perkembangan usaha-usaha produk lokal.
“Kita punya banyak bahan baku, tinggal bagaimana mengemas narasinya, termasuk mengangkat budaya-budaya yang ada di sekitar kita. Kalau kita mau dan punya waktu untuk menggalinya, Indonesia ini kaya sekali,” jelas Arto.
Produk lokal harus jadi solusi global Sebagai negara dengan populasi penduduk yang besar, pasar Indonesia dinilai memiliki potensi pasar yang menjanjikan.
Hal ini, kata Arto, seharusnya bisa mengubah sudut pandang bahwa produk lokal akan keren jika masuk ke pasar global. Ia menyebutkan, negara-negara yang memasarkan produknya di pasar global karena pasar di negara tersebut kecil.
“Singapura kenapa harus ke global? Karena penduduknya sedikit, market-nya kecil. Untuk Indonesia, tidak masuk ke pasar global bukan berarti enggak keren, tidak bisa bersaing. Ingat, pasar kita di Indonesia besar,” kata dia.
Akan tetapi, tujuan produk lokal masuk ke pasar global harus didorong untuk menjadi bagian dari solusi dari persoalan dunia. Misalnya, dengan memberi perhatian pada isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan demikian, produk yang diciptakan harus didorong untuk perbaikan pada isu-isu SDGs, seperti isu lingkungan.
“Impact dari bisnis berkembang bukan cuma untuk bersaing secara komersial. Tapi punya misi yang mulia. Proses mendorongnya seperti itu. Saya percaya, ke depannya bicara UMKM bukan lagi soal omzet, tapi harus bisa membangun ekonomi daerah, menyelesaikan isu sosial, menumbuhkan rasa cinta pada Indonesia. Jadi esensinya lebih besar daripada sekadar berdagang. Harus naik kelas, bisa berdampak bagi sesama,” kata Arto seperti yang dikutip di ekonomi bisnis, Senin (8/8/2022).(tgr)