ASAPENA – “Dapur” milik Taufik Amin kembali beroperasi. Dia adalah perajin bedug. Kini, kelima karyawannya sudah mulai diberdayakan lagi. Setelah, nyaris setahun ini usahanya “mati suri”.
Lebih kurang tiga bulan ini industri bedugnya bangkit lagi. Sejak bulan Maret tahun lalu, Ia tak bisa apa-apa. Sudah tak bisa produksi lagi, bahkan pesanan yang sudah masuk listnya, terpaksa dibatalkan.
Pandemi, ditahun lalu memang betul-betul ketat. Bahkan, ada larangan tarawih di Masjid saat Ramadan tahun lalu. Padahal, bulan Ramadan bisa dibilang waktu panen bagi usaha sejenis ini.
Taufik Amin (49) mengatakan, produksi itu ramai kalau saat Ramadan. Jadi tidak bisa berbuat banyak. Tutup total.
Padahal dulu, bukan hanya di Banyumas. Bedug asal Keniten Kedungbanteng ini bisa sampai Jakarta dan sekitarnya.
“Dulu, kadang sampai kwalahan dengan pesanan,” kata dia.
Ia bahkan menambah karyawan lembur. Yang semula punya lima karyawan, ditambah tiga. Dulu, pesanan bisa sampai 100 unit setiap tahunnya. Kini, nol.
“Jumlah itu kalau dirupiahkan sekitar Rp 290 juta-an,” katanya.
Harga bedug miliknya bervariasi. Dari ukuran 50 cm, 60 cm, dan 80 cm sampai 1,5 meter. Pun juga harganya, mulai dari Rp 2,5 juta sampai Rp 45 juta.
Ia berkutat dengan usaha seperti ini sejak 2010 silam. Itu usaha yang Ia rintis sendiri. Sebelumnya, dengan usaha yang sama Ia membantu orang tuanya sejak tahun 2000.
Sementara itu, salah satu karyawannya, Zufril (42) mengatakan, senang karena saat ini sudah bisa kerja kembali.
“Selama libur ya bertani,” katanya. (lis)