ASAPENA – Kabar mengenai resesi mungkin sudah sering kali didengar di sana sini, resesi sendiri adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat di mana PDB yang negatif, angka pengangguran meningkat, dan pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut turut, lalu bagaimana keadaan Indonesia? Apakah Indonesia akan mengalami resesi? Simak penjelasan berikut.
Penyebab dari resesi salah satunya adalah adanya inflasi yaitu keadaan di mana harga barang dan jasa naik dalam waktu tertentu dan terjadi secara drastis sehingga daya beli masyarakat menjadi lebih rendah. Kurangnya daya beli ini berdampak pada lesunya kegiatan ekonomi, pengangguran meningkat, berkurangnya barang dan jasa yang mengakibatkan roda keuangan negara terhambat dan bahkan akibat fatalnya bisa menjadi berhenti bergerak.
Amerika serikat adalah salah satu raksasa global yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia. Ada kabar terbaru nih bahwa perkembangan terkini ekonomi global di mana Amerika Serikat diperkirakan tidak mengalami resesi. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Menteri Keuangan republik Indonesia Sri Mulyani bahwa, inflasi di AS sudah menurun pada kisaran 6 persen, namun masih pada level tinggi dibandingkan target AS untuk inflasi diangka 2 persen. Dengan kabar AS kemungkinan tidak mengalami resesi maka ini adalah kabar baik bagi ekonomi dunia tidak akan terlalu buruk.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Berdasar dari pernyataan Sri Mulyani, Indonesia tidak akan mengalami resesi pada tahun 2023 ini. Pernyataan ini merujuk pada dana moneter internasional yang baru mengeluarkan prediksi ekonomi dunia yang mana Indonesia tidak masuk ke dalam sepertiga negara yang akan mengalami resesi.
Pemulihan ekonomi Indonesia terus mengalami penguatan hingga kuartal ketiga 2022 dan pada kuartal ke empat pertumbuhannya masih bertahan pada angka 5 persen. Angka kegiatan Ekspor juga masih bagus yang mana surplus 3 kali lipat dari tahun 2021. Kemudian jika dilihat pada awal tahun 2023 di mana kinerja APBN telah mencatat surplus Rp 90,8 triliun sekitar 0,43 terhadap PDB. Pendapatan negara tercatat Rp232,2 triliun dengan belanja negara sebesar Rp141,4 triliun.
Penerimaan negara Indonesia tumbuh 48 persen sampai dengan Januari 2023. Perkembangan ekonom awal tahun 2023 ini merupakan landasan untuk terus optimis dan percaya bahwa ekonomi Indonesia memiliki daya tahan yang kuat.
Kemudian untuk angka konsumsi sampai dengan Januari tercatat indeks kepercayaan konsumen masih tinggi mencapai 123. Mengingat bulan ramadan yang akan segera datang maka konsumsi masyarakat akan terus meningkat. Juga dengan akan diumumkannya THR nantinya, akan menimbulkan efek bullish sentiment terhadap konsumen. Indonesia sendiri cukup baik dalam sisi pengendalian harga dibanding negara lain yang hanya mengendalikan suku bunga dari bank sentral.
Selain pendapat dari Sri Mulyani, ada juga pendapat ekonom UI Faisal Basri, yang menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia tak lepas dari perekonomian global, tetap butuh waktu hingga dampaknya menjalar ke Indonesia. Tetapi Indonesia akan menghadapi tantangan berat lainnya meski kemungkinan resesi itu kecil.
Tantangan lainnya yang dimaksud adalah climate change atau perubahan iklim yang terus menggila, dampaknya bisa memengaruhi harga pangan karena banjir, kekeringan ekstrim. Akibatnya kemungkinan produksi pangan akan terus menurun bahkan setiap negara mengurangi ekspornya dan menambah pasokan cadangan.
Sekian penjelasan mengenai kemungkinan Indonesia tentang resesi, walau pun kemungkinannya kecil. Masyarakat harus tetap waspada terhadap semua kemungkinan yang terjadi.