ASAPENA – Hajatan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 sukses digelar beberapa waktu lalu, memamerkan beragam jenis mobil keluaran terbaru. Salah satunya adalah mobil dengan tipe hybrid, dan juga mobil dengan mengandalkan mesin listrik murni yang banyak mencuri perhatian para pecinta otomotif.
Tercatat ada beberapa nama mobil listrik yang mentas di IIMS 2023 seperti Esemka Bima EV, DFSK E, DFSK Super Cab EV, dan juga MG 4 EV yang kompak menyasar pangsa pasar Battery Electric Vehicle.
Penggunaan mobil listrik diprediksi akan semakin massif. Selain hemat energi, dan ramah lingkungan pemerintah berencana memberikan insentif bagi mobil listrik tahun ini, berupa pemberian 10 persen insentif pajak pertambahan nilai (PPN). Dengan skema tersebut konsumen nantinya hanya dibebankan 1 persen PPN saja.
Memilih, mobil listrik sesuai kebutuhan juga harus diperhatikan sebelum membeli mobil listrik. Setidaknya ada tiga tipe mobil listrik, yang bakal banyak mengaspal di Indonesia.
Masing-masing tipe tersebut, menawarkan fitur teknologi terbaru beserta keunggulannya. Semua tipe mobil listrik tersebut telah unjuk gigi di ajang IIMS 2023.
Diolah dari berbagai sumber, inilah perbedaan berbagai tipe mobil listrik yang ada di Indonesia.
Sesuai namanya, mobil listrik tipe ini punya dua tipe mesin penggerak. Listrik dan juga bahan bakar konvensional. Tipe hybrid ini sudah banyak yang mengaspal di Indonesia, sebut saja Suzuki Ertiga Hybrid, dan Toyota All New Cross Hybrid merupakan contoh tipe hybrid ini.
Mempunyai dua sumber tenaga, membuat mobil tipe ini bisa bekerja secara bergantian. Hal ini membuat pengendara lebih leluasa dalam memilih sumber tenaga penggerak mobil.
Akan menggunakan sumber tenaga listrik. Atau memanfaatkan dapur pacu, dengan bahan bakar konvensional.
Tipe hybrid ini juga bisa menyesuaikan dengan laju kecepatan kendaraan. Jika mobil sedang melaju dalam kecepatan rendah, tenaga yang dihasilkan bisa bersumber dari mobil listrik. Sebaliknya, dalam kondisi kendaraan melaju kencang, tenaga diambil alih oleh versi bahan bakar konvensional. Dengan bahan bakar konvensional pada tipe hybrid ini memberikan torsi yang lebih ‘menjambak’ dalam berkendara.
Soal pengisian energi pada tipe hybrid bisa dilakukan saat mobil berkendara, seperti saat melakukan pengereman otomatis akan melakukan proses isi ulang daya. Sayangnya, untuk tipe ini belum tersedia alat charge khusus.
Senada dengan tipe hybrid. Tipe PHEV masih mengusung dua sumber tenaga, yakni listrik dan juga bahan bakar konvensional. Satu yang menjadi pembeda, tipe PHEV ini bisa melakukan isi ulang daya baik melalui stasiun pengisian kendaraan listrik umum atau sumber listrik lainnya. Hal tersebut membuat tipe ini selangkah lebih maju dibandingkan tipe hybrid.
Jarak tempuh tipe PHEV ini terbilang cukup jauh, dengan daya jangkau 25 hingga 80 km. Namun, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh berapa faktor seperti kepadatan lalu lintas, dan juga merek mobil pengusung.
Electric Vehicle atau mobil listrik ini, punya satu sumber tenaga saja. Atau murni memanfaatkan tenaga listrik saja. Dengan begitu, tidak adanya proses pembakaran di dalam mobil membuat tipe ini sangat nyaman dikendarai karena suara mesin yang dihasilkan begitu senyap.
Pengisian daya bisa dilakukan di stasiun pengisian kendaraan listrik umum, dan juga memanfaatkan fasilitas wall charging yang bisa dipasang di rumah. Atau fasilitas publik lainnya.
Untuk satu kali isi daya tipe ini bisa menempuh jarak 400 sampai 500 km. Jarak tempuh ini sangat berkaitan dengan kondisi jalanan dan juga merek mobil listrik. (gsb)