ASAPENA – Saat ini semua hal sedang berlomba-lomba menuju digitalisasi. Tak terkecuali di bidang bisnis koperasi dan UMKM. Namun demikian, banyak para pelaku usaha atau UMKM yang belum memanfaatkan digitalisasi ekonomi secara maksimal.
Tidak ada kata terlambat untuk berkembang. Ungkapan itu sangat sesuai bagi para pelaku usaha yang sedang melewati fase transformasi dari konvensional menuju digital. Tidak hanya soal pemasaran, tetapi bisa dikembangkan melalui toko online atau e-commerce yang semakin banyak belakangan ini.
Terkait hal itu, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki berharap para pelaku usaha, khususnya UMKM, memiliki kemampuan yang mumpuni dalam beradptasi di era digitalisasi ini. Menurutnya, kemampuan adaptasi bakal menjadi kunci resiliensi pelaku usaha koperasi dan UMKM untuk lebih berkembang. Tak hanya di pasar lokal, tetapi bisa menembus pasar-pasar internasional.
Teten menyebutkan berdasarkan studi dari World Bank, 80 persen UMKM memiliki resiliensi lebih baik di masa pandemi ini dalam perkembangan ekonomi digital. Hal itu dinilai sangat baik, mengingat UMKM merupakan bagian dari ekosistem ekonomi.
“Di Indonesia angkanya sedikit lebih baik, yakni sekitar 86 persen dari seluruh pelaku UMKM di Indonesia saat ini, sangat bergantung pada internet untuk menjalankan kegiatan usahanya. Hal itu menunjukkan adaptasi para pelaku UMKM di Indonesia sudah semakin matang,” ujarnya saat acara pembukaan G20 Side Event bertajuk B20 Indonesia Digital Economy to Support SDGs secara virtual dari Jakarta, Senin (8/8).
KemenKopUKM juga mencatat ada sebanyak 73 persen pelaku UMKM yang sudah memiliki akun pada lokapasar digital. Sementara pelaku usaha yang melakukan promosi melalui internet mencapai 82 persen. Hal ini pun menunjukkan fakta terkait UMKM yang menyumbangkan 61 persen PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia.
Sesuai amanat Presiden Jokowi untuk mendorong percepatan transformasi digital UMKM Indonesia, Menteri Teten mendorong UMKM di Indonesia bisa berproses menuju ekosistem digital pada tahun 2024. Dari data per Juni 2022 ini, KemenKopUKM mencatat sebanyak 19,5 juta pelaku UMKM atau sebesar 30,4 persen dari total UMKM telah masuk pada platform e-commerce.
“Untuk menghadirkan UMKM dalam ekosistem digital saja tentu tidak cukup. Jadi perlu adanya penciptaan nilai ekonomi baru,” tegasnya.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan arahan kepada Menteri Teten untuk memastikan terlindunginya platform lokapasar daring dalam negeri, UMKM Indonesia yang menggunakan platform lokapasar daring, dan pasar domestik. Arahan tersebut dikatakan Menteri Teten menjadi panduan bagi kementeriannya dalam mempersiapkan program-program transformasi digital yang utuh, dari hulu ke hilir, serta melibatkan semua stakeholder terkait.
Menteri Teten meyakini peningkatan jumlah UMKM bertransformasi digital akan menjadi fondasi bagi Indonesia untuk dapat mengoptimalkan potensi ekonomi digitalnya, di mana pada tahun 2030 akan mencapai Rp 4.531 triliun.
“Namun demikian upaya ini perlu disertai perluasan akses pasar, peningkatan kualitas SDM baik dalam manajemen, hingga kualitas serta kuantitas produk,” katanya.
Sementara itu, dari sisi hilir KemenKopUKM menghadirkan inisiatif berupa kurasi produk UMKM untuk official merchandise G20 Indonesia, kegiatan business matching pembelian dan pemanfaatan Produk Dalam Negeri (PDN), pemanfaatan platform digital seperti ASEAN access untuk membuka akses pasar global, serta kegiatan investor matchmaking seperti Entrepreneur Financial Fiesta.
“Pendekatan hulu-hilir dan sinergi ekosistem digital merupakan bahan baku utama bagi transformasi digital UMKM agar dapat mengoptimalkan sepenuhnya potensi ekonomi digital demi memastikan kesejahteraan bersama di era digital,” kata Menteri Teten. (rin)