ASAPENA – Amerika Serikat (AS) tengah dilanda krisis perbankan dan membuat guncangan ekonomi. Hal itu membuat banyak pihak beralih ke mata uang lain, ketimbang menyimpan dolar AS sebagai mata uang safe haven. Guncangan tersebut juga berpotensi gagal bayar yang bisa melanda AS pada 1 Juni mendatang.
Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, AS bertahap telah kehilangan status sebagai mata uang cadangan utama dunia dan berganti dengan mata uang lain. Untuk itu, pihaknya juga tengah memberikan sinyal kuat untuk beralih ke mata uang lain.
“Ada pergeseran bertahap dari dolar, dulunya 70 persen dari cadangan. Sekarang di bawah 60 persen,” sebutnya dalam acara Global Milken Institute 2023 dikutip, Kamis (4/5/2023).
Dia melihat, pengganti dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia ada beberapa yang berpotensi, seperti euro, poundsterling Inggris, yuan China dan yen Jepang. Dari sejumlah mata uang tersebut, euro paling berpotensi untuk menjadi cadangan mata uang dunia.
“Mereka memainkan peran yang sangat sederhana,” katanya.
Seperti diketahui, fenomena dedolarisasi atau buang dolar mulai banyak dilakukan di sejumlah negara, seperti di India yang telah mengeluarkan kebijakan baru untuk meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka sejak April 2023, salah satunya dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia.
Selain India, Indonesia ternyata juga telah mengurangi ketergantungan dengan dolar sejak 2018 lalu, dimana Bank Indonesia (BI) telah menggencarkan penggunaan mata uang lokal.
Kebijakan itu melalui settlement currency atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan negara mitra sejak 2018 silam. LCS seperti diketahui adalah penyelesaian transaksi bilateral antara dua negara yang dilakukan dalam mata uang masing-masing negara.
Di mana setelmen transaksinya, dilakukan di dalam yurisdiksi wilayah negara masing-masing. LCS pertama kali Indonesia diimplementasikan dengan Malaysia dan Thailand pada 2018.
Pada tahun 2020 tepatnya bulan Agustus, kerja sama serupa juga telah diimplementasikan dengan Jepang, sedangkan pada September 2021 dengan Tiongkok atau China.
Saat ini LCS telah berkembang jauh, BI nantinya juga akan melakukan perluasan tidak hanya di dalam hal perdagangan tetapi juga investasi dan transaksi di pasar uang. Seperti halnya yang telah dijalankan Indonesia bersama Thailand dan Malaysia. Untuk itu, nama LCS akan diganti menjadi local currency transaction (LCT).
Gubernur BI Perry Warjiyo, di kancah internasional menekankan pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerjasama di antara negaranegara ASEAN+3 untuk mempromosikan penggunaan dan pembayaran menggunakan mata uang lokal sebagai alat transaksi. (adm)